Mengembang mengarak dalam derak
Pergi tubuh membisu kelabu
Tapak hati yang dulu tertikam sembilu
Mengarak bebas merajak tapak
Bebas lepas tak terkira
Melangkah kaki melapak jiwa
Lepas beban tepah nestapa
Tak hingga hati memang jika tinggalkan dia
Namun apalah daya hati ini berkehendak
Saat kini kutemukan jiwa itu lagi, ia lusuh dibasuh sembilu
Tengah sedih dan bermuram durja
Tengah sendiri di tapal jelaga
Mata suramnya menyembur maya
Melipat hati seperti tak ingin bersua
Oh...wahai hati yang terabaikan
Inikah balas yang disemburkan duka?
Inikah balas akan hati yang terlupa?
Daku bukan lupa,,tak pernah lupa
Daku pun bukan tega, tak pernah tega
Dulu biarlah dulu
Dulu itu biarlah selalu menjadi masa lalu
Bukan aku tak mau menyambutmu dulu
Aku mau
Bukannya aku tak mau menjemputmu dulu
Aku mau
Tapi hanya andaikan jika aku bisa
Akan kutapaki semua terjangan
Akan kujalani semua cercaan
Jika dulu cinta ku sebiru lautan, maka kini ia sebiru safir
Jika dulu sayangku seluas lautan, maka kini ia seluas galaksi
Jikalau saja dulu kau mencintaiku lebih, maka kini cintaku terlebih melebihi darimu
Bukan sayang, dulu bukan ku tega
Aku tak pernah tega sama sekali
Seurai sepat jerami hati pun tak pernah kutanggalkan
Tak pernah
Rajutan itu masih ada, masih ada hingga kini,,,
Hingga kini ku menapak tua
Hingga kini ku melapuk
Jadi jangan berprasangka
Mengira-ngira dakulah yang meninggalkan
Dulu lah hanya lah dulu
Jangan pernah menjadikannya masa kini
Masa kini hanyalah masa dimana kita berdiri menentang hari
Bukanlah dulu dimana kita saling mencerca
Hati ini tak pernah berubah
Tak sedikitpun
Tak pernah berubah
Masihkah kau tau saat pertama kali genggaman tangan kita?
Aku masih ingat itu
Kikuk daku saat itu sayang..
Kikuk tak terperi
Tangan mu seolah pedang belati berlapiskan berlian
Yang tak kuasa ku menggenggamnya, salah dikira ku tak hormat
Namun tak kuasa ku melepasnya, salah dikira ku tak pandai mejaga milik
Masihkah kau tahu juga selembar tisu diantara jemari kita?
Kau bilang ku lepaskan saja lembaran itu, agar tak jadi penghalang
Saat itulah pertama kalinya kurasakan lembutnya kulit selembut sutra
Tanganku dingin, membeku
Bak seolah ku tak pernah punya panas tubuh
Tapi wajahku hangat, memerah bak terbakar....
Kau tahu?
Itulah yang terindah dari bagian cerita dulu..
Ya...
Hanya sebatas itu saja yang kuingat
Ya...
Bukan ku lupa akan sisanya
Namun hanya yang indah yang ingin kuingat
Bukan ku tega sayang
Tapi kuingin mengingat mu dalam keindahan saja.......
Pergi tubuh membisu kelabu
Tapak hati yang dulu tertikam sembilu
Mengarak bebas merajak tapak
Bebas lepas tak terkira
Melangkah kaki melapak jiwa
Lepas beban tepah nestapa
Tak hingga hati memang jika tinggalkan dia
Namun apalah daya hati ini berkehendak
Saat kini kutemukan jiwa itu lagi, ia lusuh dibasuh sembilu
Tengah sedih dan bermuram durja
Tengah sendiri di tapal jelaga
Mata suramnya menyembur maya
Melipat hati seperti tak ingin bersua
Oh...wahai hati yang terabaikan
Inikah balas yang disemburkan duka?
Inikah balas akan hati yang terlupa?
Daku bukan lupa,,tak pernah lupa
Daku pun bukan tega, tak pernah tega
Dulu biarlah dulu
Dulu itu biarlah selalu menjadi masa lalu
Bukan aku tak mau menyambutmu dulu
Aku mau
Bukannya aku tak mau menjemputmu dulu
Aku mau
Tapi hanya andaikan jika aku bisa
Akan kutapaki semua terjangan
Akan kujalani semua cercaan
Jika dulu cinta ku sebiru lautan, maka kini ia sebiru safir
Jika dulu sayangku seluas lautan, maka kini ia seluas galaksi
Jikalau saja dulu kau mencintaiku lebih, maka kini cintaku terlebih melebihi darimu
Bukan sayang, dulu bukan ku tega
Aku tak pernah tega sama sekali
Seurai sepat jerami hati pun tak pernah kutanggalkan
Tak pernah
Rajutan itu masih ada, masih ada hingga kini,,,
Hingga kini ku menapak tua
Hingga kini ku melapuk
Jadi jangan berprasangka
Mengira-ngira dakulah yang meninggalkan
Dulu lah hanya lah dulu
Jangan pernah menjadikannya masa kini
Masa kini hanyalah masa dimana kita berdiri menentang hari
Bukanlah dulu dimana kita saling mencerca
Hati ini tak pernah berubah
Tak sedikitpun
Tak pernah berubah
Masihkah kau tau saat pertama kali genggaman tangan kita?
Aku masih ingat itu
Kikuk daku saat itu sayang..
Kikuk tak terperi
Tangan mu seolah pedang belati berlapiskan berlian
Yang tak kuasa ku menggenggamnya, salah dikira ku tak hormat
Namun tak kuasa ku melepasnya, salah dikira ku tak pandai mejaga milik
Masihkah kau tahu juga selembar tisu diantara jemari kita?
Kau bilang ku lepaskan saja lembaran itu, agar tak jadi penghalang
Saat itulah pertama kalinya kurasakan lembutnya kulit selembut sutra
Tanganku dingin, membeku
Bak seolah ku tak pernah punya panas tubuh
Tapi wajahku hangat, memerah bak terbakar....
Kau tahu?
Itulah yang terindah dari bagian cerita dulu..
Ya...
Hanya sebatas itu saja yang kuingat
Ya...
Bukan ku lupa akan sisanya
Namun hanya yang indah yang ingin kuingat
Bukan ku tega sayang
Tapi kuingin mengingat mu dalam keindahan saja.......
No comments:
Post a Comment