Aku terduduk didinginkan malam
Merenung dalam gelapnya temaram
Menghujat berupa sesumpah
menanti air mata melimpah ruah
Sadar dulu terlalu kaku
Menafsir hati tak tentu dimiliki
Takdir nya kini telah merasuk
Menjadi sesuatu seolah menusuk
Bumi itu tidaklah datar
Setelah malam ini
Mentari besok kan mengantar
Sesuatu dengan senyum dari hati
Aku terkungkung atap
Aku dibekam asap
Hatiku selalu dan selalu meratap
Sedih tak berani menatap
Panji hati itu telah buang sauh
melanglangbuana melepas sampai jauh
Hingga sampai kini malam berganti subuh
Tanganku masih tetap melingkar dalam tubuh
Lebih baik kau bunuh aku
Lebih indah kau buang rasa itu
Tak apa aku menangis
Tak apa perihnya begitu mengikis
Kelak, tangisku akan menjadi tangis mu....
No comments:
Post a Comment