Powered By Blogger

Tuesday, July 19, 2011

Akhir Cinta Padang Ilalang


Laksana pelangi melengkung di ufuk
Berbagai warna ia trelukis
Dipandang pun tiada jemu
Namun pudar perlahan terkikis

Aku jamu ia sore ini
Dengan lantunan lagu-lagu alam
Serdadu bermunculan dari tengah ladang
Menghampiri tempat dudukan kita disini

Seluas mata memandang
Sejauh itu pula fikiran masing-masing terbang
Detik-detik ini beranjak tanpa kata
Hanya sunyi teman kita

Sampai ilalang itu mengalun
Terayun oleh semilir
Kita masih bedecik
Kita masih dalam bisu

Aku jamu ia dengan mentari sore
Baru bisa terangkai kata
Burung-burung tengah bersiap singgah
Aku baru bisa bertanya

Deruan angin itu pun kalah
Tersirap oleh luapan jantung
Yang aku dengar ternyata balumlah kata
Itu baru hanya degup jantung

Aku menghela nafas
Bosan dan lelah
Kini mentarinya telah pergi beranjak
Dan aku pun akan pulang

Kini ilalang pun telah diam
Kini dingin hanya dingin telah malam
Tak jua aku tahu semua ini
Tak mengerti untuk apa kita disini

Marilah biar aku pulang
Biar kau sebut aku tak peka
Karena aku pun bimbang
Karena aku bukan pembaca makna

Tak apa semua tak terucap
Kita berdua memang tak bisa berucap
Aku pun tak bisa berkelakar
Kamu pun tak bisa berkelakar

Cukuplah kita diam di padang ilalang ini
Dan menutup cerita masing-masing

Monday, July 18, 2011

Bisa apa Aku?


Bisa apa aku?
Merangkai kata pun hanya begini saja
Bisa apa aku?
Mengutarakan makana pun tak jua bisa
Bisa apa aku?
Membaca sikapmu pun aku kaku
Bisa apa aku?
Merespon mu pun aku kikuk
Bisa apa aku?
Berbahasa tanpa kata pun tak becus
Bisa apa aku?
Melihat mata mu pun tak jua sanggup
Bisa apa aku?
Selain hanya berdiam diri
Bisa apa aku?
Selain melebur diri dalam sunyi
Bisa apa aku?
Selain hanya tersenyum dalam palsu
Bisa apa aku?
Tak bisa aku berjanji
Bisa apa aku?
Tak bisa menjawab pasti
Bisa apa aku?
Tak bisa aku membuka diri
Bisa apa aku?
Aku hanya bisa menyimpannya dalam hati

Coretan Dalam Gelap


Aku menulis dalam gelap
Mencoba mengurai temaram
Kulukis kataku dengan mantap
Berusaha dalam redupnya malam

Meski tak tahu apa yang hendak ditulis
Pun masih mencoba melukis
Untaian kata coba ku ukir
Samar entah apa yang terfikir

Pena menari kini
Menggolakkan isi logika
Hati membuncah dalam jiwa
Nasib cerita di ujung pena ini

Biarlah....
Biar malam ini aku menulis dalam gelap
Biarlah....
Biar kata ini terukir dalam malam
Setelah gelap pun (mungkin) terang
Setelah terburai kata (mungkin) akan ada tawa

Biarlah ujung pena ini menulis sesuka hati
Biarlah coretan ini jadi saksi
Akan gundukan isi hati

Puisi 6 Juli

Ketika memandang langit
Sekaligus ku pandang bintang
Indah letaknya disana
Mengerling seolah memanggil

Tangan ini seolah ingin meraih
Menggenggam bintang itu
Namun sepanjang apapun kurentangkan tangan
Ia tak jua sampai

Ternyata....
Jangankan bisa meraihnya
Tepat letaknya pun aku tak tahu pasti
Jangankan menggenggamnya
Menerka arahnya pun aku bimbang

Lalu bagaimana bisa memiliki?

Wednesday, July 6, 2011

Antara Rasa dan Dusta


Yang satu ia lengah
Yang satu ia jengah
Berada di jalan tengah
Apa yang dirasa? Entah!

Kamu menyedihkan!
Dia pun menyedihkan!
Mengumbar rasa dengan dusta
Keduanya lewat kata

Kamu keliru
Dia pun begitu
Mengungkap rasa lewat dusta
Dengan menggubah kata

Semuanya mungkin dirasa normal
Terasa baik seolah memang baik
Tidak terlihat ada yang janggal
Ada hati yang terusik

Kamu punya yang lain
Dia juga punya yang lain
Menyedihkan...
Membagi hati dengan rasa yang lain
Lewat kata dibubuhi dusta demi sebuah rasa